Sabtu, 18 Juni 2016

1. Perancangan Arsitektur - Green School

Ø  Detail Green School Bali

Green School Bali ini berada di Desa Sibang Kaja yang berlokasi 30 Km dari Kota Denpasar. Merupakan sekolah unik yang digagas oleh John Hardy, desainer dan pengusaha perhiasan. Berdiri pada tahun 2008 silam dengan dua kurikulum ternamanya : Green Studies dan Creative Art.


Ø  Keunikan Green School
Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini. 
Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah, dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini merupakan bentukan penting sebagai konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut. 
Ø  Konsep Green School
Konsep utama yang ingin “lebih dekat”ke alam ini juga menjadi tolak utama pemilihan lokasi / lahan yang berada di dekat sungai Ayung, Bali. Adapun implementasi arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture pada Green School Bali ini adalah :
  • Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik.


  • Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran. 
  • Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan hutan. 
  • Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala kompor dan sebagainya. 
  • Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal.
  • Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energi alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar. 
Secara umum, selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green School Bali ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali sebagai inspirasi desain arsitekturalnya.
Mengerjakan bambu, material dengan sifat tak terduga, sehingga menemui banyak tantangan di dalamnya. Belajar bagaimana memanfaatkan bahan yang justru bentuk dan ukurannya tidak bisa direncanakan. Misalnya, ukuran bambu susah sekali ditemukan yang sama persis. Bentukan lengkung, ketebalan dan diameter pun cukup susah ditemukan sesuai keinginan.
Konsep yang digunakan adalah function follow form, di mana menjadi tantangan baginya untuk sebagaimana mungkin mengefisienkan sisa-sisa ruang yang terbentuk dengan adanya bentukan-bentukan lengkung-lengkung dengan bantuan dari desainer interior.
Dengan teknologi arsitektur, pengkombinasian material akan menjadi mungkin, memperkaya nilai arsitektur itu sendiri dari segi teknologi bahan. Kombinasi inilah salah satu alasan untuk tidak mengkombinasikan bambu dengan ijuk, seperti pada umumnya. Seperti disebutkan di atas, pengkombinasian material bambu akan sangat mungkin bila dipadukan dengan berbagai material lain. Ketahanan bambu akan zaman dan harganya pun harus diketahui. Bambu sebagai struktur utama sebuah bangunan, ketahanannya bisa mencapai 25 tahun.
Sekolah ini adalah hasil pemikiran John Hardy, warga Kanada yang telah tinggal di Bali (Sumber) Dari info ibu pengurus, arsitek green school berasal dari UGM. menurutnya lagi semua bagian bambu tidak ada yang terbuang. Ada yang menggunakan bambu petung sampai kepada akarnya, kemudian bambu yang tidak lurus digunakan untuk dinding, ada lagi yang digunakan untuk lantai dan tangga.

Bangunan ini terdiri dari ruang kelas, pusat kebugaran, ruang perakitan, perumahan, kantor, kafe dan kamar mandi. Sebagian Besar Terdiri dari berbagai ruangan kelas . Bahan Baku dari gedung ini adalah Bambu lokal, yang diambil dari pengembangan berkelanjutan (perkebunan) sehingga terus dikembangkan dan menghasilkan stok yang banyak , Sehingga nanti Bambu tersebut bisa digunakan untuk bereksperiment arsitektur selanjutnya. Hasilnya adalah Sebuah komunitas hijau yang bisa menjadikan inspirasi dan ilmu bagi para mahasiswa agar lebih penasaran, lebih fokus untuk mempelajari tentang Lingkungan hijau agar planet ini selamat dari bahaya Efek Rumah Kaca dan sebagainya.
Daerah di sisi seberang Jembatan Minang, merupakan kawasan utama sekolah. Di situ terdapat sawah milik sekolah dimana siwsa dan guru sering menanam padi bersama. Namun area belajar yang sesungguhnya baru ditemui setelah perjalanan melewati jalan setapak yang menanjak yaitu kelas-kelas tanpa dinding atau pun kaca, terlihat. Desain yang terbuka tersebut membuat para siswa yang sedang belajar merasakan desiran angin serta mendengar suara-suara alam seperti: kicauan burung, suara pepohonan yang bergesek, dan aliran air di sungai.
Sementara itu di level tertinggi dari kawasan, terdapat sebuah lapangan besar, sarana olahraga out door sekolah dan sebuah gymnasium. Terdapat pula sebuah bangunan dnegan tiga level: Heart of School (HOS). Ini adalah bangunan utama sekolah yang berfungsi sebagai tempat administrasi, ruang guru, ruang kepala sekolah, serta ruang-ruang penunjang lain seperti galeri seni kriya anak, ruang komputer dan lainnya.
Di level bawah, kita bisa melihat pilar-pilar bambu, menopang lantai-lantai di atasnya dalam susunan yang unik. Bila selama ini batang-batang bambu lekat dengan bangunan kotak dan sederhana, tidak demikian dengan bangunan Green School. Hampir semua bangunan yang ada di sini di desain melengkung. “There is no straightlines in nature.” Jelas Marny, salah satu senior architect PT. Bambu Bambu yang terlibat di proyek Green School ini.


Sementara John hardy percaya bentuk kotak dan garis yang terlalu tegas akan mengurangi kreativitas yang dibutuhkan anak-anak selama belajar. Maka hasilnya adalah kelas-kelas berbentuk busur dengan bambu-bambu yang diikat secara melengkung sebagai penopang utama bangunan. Batang-batang bambu itu kemudian disambung dengan rangkaian bambu lainnya membentuk atap dengan ilalang di atasnya.

Hampir semua elemen bangunan Green School menggunakan material bambu, di antaranya pada: tiang, rangk atap, tangga, lantai atas dan lainnya. Bambu-bambu itu disambung dengan sistem pin dan baut. Namun tidak hanya konstruksi bangunan saja yang menggunakan bambu. Railing atau pagar pembatas, hingga furniture seperti kursi dan meja belajar pun dibuat dari bambu.

Bambu, merupakan tanaman yang mudah tumbuh. Hanya dalam jangka 4-5 tahun ketinggian bambu bisa mencapai 18 meter, sementara pohon lain membutuhkan waktu 25 tahun. Dengan demikian, termasuk material yang ramah lingkungan karena mudah dan cepat diperbaharui. 
Kelas-kelas di Heart of School didesain sebagai bangunan dengan sistem yang terbuka. Artinya, angin dan cahaya matahari dapat masuk dengan maksimal ke dalam bangunan. Itu masih ditambah dengan sebuah skylight yang melingkar di puncak atap, sebagai sumber pencahayaan alami bagi ruang-ruang di bawahnya. Fasilitas lain di sekolah ini adalah Green Waroeng, yaitu kantin yang menjual makanan hasil olahan kebun di sekitar Green School.
Green School memang sebuah sekolah dengan konsep kembali ke alam. Namun upaya untuk bersahabat dengan lingkungan tak hanya diterapkan pada konteks fisika bangunan, pilihan material atau membiarkan pepohonan di sekitarnya tumbuh. Utilitas bangunan seperti listrik pun, direncanakan dengan sistem tersendiri, yaitu turbin yang digerakkan oleh air, yang dinamakan Vortex. Sedangkan penyediaan air bersih berasal dari sungai yang berada sekitar 40 m di bawah tanah, masih di dalam kawasan.
Sistem pembuangan air dari kamar mandi juga dibuat berbeda . Setiap toilet, baik untuk laki-laki maupun perempuan, memiliki dua sistem. Buang air kecil kloset, ditampung dan digunakan untuk menyiram bambu untuk digunakan sebagai pupuk tanaman nantinya.
Kawasan yang didesain tidak mencemari lingkungan ini diharapkan akan menghasilkan anak-anak yang selalu berfikir ‘green’ karena terbiasa dengan lingkungan yang asri.

 Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode terukur, dapat disimpulkan bahwa bangunan Green School A Bamboo Campus merupakan bangunan yang direncanakan dan dirancang secara mendetail. Perencanaan konsep bangunan, penggunaan bahan material untuk struktur, interior, bahkan estetika yang sangat detail dan bersahabat dengan lingkungan, memberikan dampak dan kesan yang baik dan nyaman di dalam penggunaan tiap ruang dan area di dalam kawasannya. Peletakkan ruang-ruang, fasilitas, dan desain bentuk bangunan yang menerapkan pola dan struktur Biomorfik , mengikuti kontur lahan, dan memanfaatkan lingkungan semaksimalnya namun tidak merusak atau menghilangkan keaslian yang telah ada membuat Green School sebagai kawasan yang meminimalkan dampak negatif bagi alam dan memaksimalkan fungsi lingkungan, namun modern dan kaya akan kreatifitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar